Rabu, 14 Agustus 2013

kisah bacaan buat mancing



Biografi Syeikh Abdul Muhyi,
Sejarah ditemukannya Goa Pamijahan, dan
Sejarah dilarangnya merokok di Pamijahan

Syeikh Haji Abdul Muhyi lahir di Mataram sekitar tahun 1650 M /1071 H dan dibesarkan oleh orang tuanya di kota Gresik/ Ampel.

Beliau selalu mendapat pendidikan agama baik dari orang tua maupun dari ulama-ulama sekitar Ampel. Karena ketekunannya menuntut ilmu disertai dengan ibadah disamping kesederhanaan dan kewibawaan yang menempel di dalam diri beliau maka tak heran jika teman-teman sebaya selalu menghormati dan menyeganinya.

Silsilah Keturunan Syeikh Abdul Muhyi
Dari ayah:
Ratu Galuh- Ratu Puhun - Kuda Lanjar- Mudik Cikawung Ading - Entol Penengah - Sembah Lebe Warto Kusumah - Syeikh Haji Abdul Muhyi

Dari Ibu:
Rasulullah saw - Sayyidina Ali karroma Allahu wajhahu dan Fatimati Azzahro’ - Syaidina Husein - Ali Zaenal Abidin - Muhammad Al Baqir- Ja'far Ashodiq - Ali AI'Aridhi - Muhammad - Isa Albasyari - Ahmad Al Muhajir - Ubaidillah - 'Uluwi - Ali Kholi'i Qosim - Muhammmad Shohibul Murobath -‘Uluwi - Abdul Malik - Abdullah Khona - Imam Ahmad Syah - Jamaludin Akbar - Asmar Kandi Gisik Karjo Tuban - Ishak Makdhum - Muhammad Ainul Yaqin - Sunan Giri Laya - Wira Candera - Kentol Sumbirana - Rd. Ajeng Tanganziah - Waliyullah Syeikh Haji Abdul Muhyi.

Biografi  Syeikh Haji Abdul Muhyi
Pada saat berusia 19 tahun beliau pergi ke Aceh/ Kuala untuk berguru kepada Syeikh Abdul Rouf bin Abdul Jabar selama 8 tahun yaitu dari tahun 1090 -1098 H/1669 -1677 M. Pada usia 27 tahun beliau beserta teman sepondok dibawa oleh gurunya ke Baghdad untuk berziarah ke makam Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani dan bermukim di sana selama dua tahun. Setelah itu mereka diajak oleh Syeikh Abdul Rauf ke Makkah untuk menunaikan Ibadah Haji.

Ketika sampai di Baitullah, Syeikh Abdul Rauf mendapat ilham kalau diantara santrinya akan ada yang mendapat pangkat kewalian. Dalam ilham itu dinyatakan, apabila sudah tampak tanda-tanda maka Syeikh Abdul Rauf harus menyuruh santrinya pulang dan mencari gua di Jawa bagian barat untuk bermukim di sana.

Suatu saat sekitar waktu ashar di Masjidil Haram tiba-tiba ada cahaya yang langsung menuju Syeikh Abdul Muhyi dan hal itu diketahui oleh gurunya (Syeikh Abdur Rauf) sebagai tanda-tanda tersebut. Setelah kejadian itu, Syeikh Abdur Rauf membawa mereka pulang ke Kuala/ Aceh tahun 1677 M. Sesampainya di Kuala, Syeikh Abdul Muhyi disuruh pulang ke Gresik untuk minta restu dari kedua orang tua karena telah diberi tugas oleh gurunya untuk mencari gua dan harus menetap di sana. Sebelum berangkat mencari gua, Syeikh Abdul Muhyi dinikahkan oleh orang tuanya dengan “Ayu Bakta” putri dari Sembah Dalem Sacaparana.

Tak lama setelah pernikahan, beliau bersama istrinya berangkat ke arah barat dan sampailah di daerah yang bernama Darma Kuningan. Atas permintaan penduduk setempat Syeikh Abdul Muhyi menetap di Darmo Kuningan selama 7 tahun (1678-1685 M). Kabar tentang menetapnya Syeikh Abdul Muhyi di Darmo Kuningan terdengar oleh orang tuanya, maka mereka menyusul dan ikut menetap di sana.

Perjalan Mencari Goa Pamijahan
Disamping untuk membina penduduk, beliau juga berusaha untuk mencari gua yang diperintahkan oleh gurunya, dengan mercoba beberapa kali menanam padi, ternyata gagal karena hasilnya melimpah. Sedang harapan beliau sesuai isyarat tentang keberadaan gua yang di berikan oleh syeikh Abdur Rauf adalah apabila di tempat itu ditanam padi maka hasilnya tetap sebenih artinya tidak menambah penghasilan maka di sanalah gua itu berada. Karena tidak menemukan gua yang dicari akhirnya Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga berpamitan kepada penduduk desa untuk melanjutkan perjalanan mencari gua.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah di daerah Pamengpeuk (Garut Selatan). Di sini beliau bermukim selama 1 tahun (1685-1686 M), untuk menyebarkan agama Islam secara hati-hati mengingat penduduk setempat waktu itu masih beragama Hindu. Setahun kemudian ayahanda (Sembah LebeWarta Kusumah) meninggal dan dimakamkan di kampung Dukuh di tepi Kali Cikaengan.

Beberapa hari seusai pemakaman ayahandanya, beliau melanjutkan perjalan mencari gua dan sempat bermukim di Batu Wangi. Perjalanan dilanjutkan dari Batu Wangi hingga sampai di Lebaksiu dan bermukim di sana selama 4 tahun (1686-1690 M).

Walaupun di Lebaksiu tidak menemukan gua yang di cari, beliau tidak putus asa dan melangkahkan kakinya ke sebelah timur dari Lebaksiu yaitu di atas gunung kampung Cilumbu. Akhirnya beliau turun ke lembah sambil bertafakur melihat indahnya pemandangan sambil mencoba menanam padi.

Bila senja tiba, beliau kembali ke Lebaksiu menjumpai keluarganya, karena jarak dari tempat ini tidak begitu jauh, +.6 km. Suasana di pegunungan tersebut sering membawa perasaan tenang, maka gunung tersebut diberi nama “ Gunung Mujarod' yang berarti gunung untuk menenangkan hati.

Pada suatu hari, Syeikh Abdul Muhyi melihat padi yang ditanam telah menguning dan waktunya untuk dipetik. Saat dipetik terpancarlah sinar cahaya kewalian dan terlihatlah kekuasaan Allah. Padi yang telah dipanen tadi ternyata hasilnya tidak lebih dan tidak kurang, hanya mendapat sebanyak benih yang ditanam. Ini sebagai tanda bahwa perjuangan mencari gua sudah dekat. Untuk meyakinkan adanya gua di dalamnya maka di tempat itu ditanam padi lagi, sambil berdo'a kepada Allah, semoga goa yang dicari segera ditemukan. Maka dengan kekuasan Allah, padi yang ditanam tadi segera tumbuh dan waktu itu juga berbuah dan menguning, lalu dipetik dan hasilnya ternyata sama, sebagaimana hasil panen yang pertama. Disanalah beliau yakin bahwa di dalam gunung itu adanya goa.

Sewaktu Syeikh Abdul Muhyi berjalan ke arah timur, terdengarlah suara air terjun dan kicaun burung yang keluar dari dalam lubang. Dilihatnya lubang besar itu, di mana keadaannya sama dengan gua yang digambarkan oleh gurunya. Seketika kedua tangannya diangkat, memuji kebesaran Allah. Telah ditemukan gua bersejarah, dimana ditempat ini dahulu Syeikh Abdul Qodir Al Jailani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya yang bernama Imam Sanusi.

Goa yang sekarang di kenal dengan nama Goa Pamijahan adalah warisan dari Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang hidup kurang lebih 200 tahun sebelum Syeikh Abdul Muhyi. Gua ini terletak diantara kaki Gunung Mujarod. Sejak goa ditemukan Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga beserta santri-santrinya bermukim disana. Disamping mendidik santrinya dengan ilmu agama, beliau juga menempuh jalan tharekat.

Menurut pendapat yang masyhur sampainya Syeikh Abdul Muhyi ke derajat kewalian melalui thoriqoh mu’tabaroh Satariyah, yang silsilah keguruan/ kemursyidannya sampai kepada Rasulullah Saw. 
Berikut silsilahnya:
Rasululah Saw, Ali Bin Abi Tholib, Sayyidina Hasan, Sayyidina Zainal Abidin, Imam Muhammad Bakir, Imam Ja’far Shodiq, Sultan Arifin, Yazidiz Sulthon, Syeikh Muhammad Maghribi, Syeikh Arabi Yazidil Asyiq, Sayyid Muhammmad Arif, Syeikh Abdulah Satari, Syeikh Hidayatullah Syarmad, Syeikh Haji Hudori, Sayyid Muhammmad Ghoizi, Sayyid Wajhudin, Sayyid Sifatullah, Sayyidina Abdi Muwhib Abdulah Ahmad, Syeikh Ahmad Bin Muhammmad (Ahmad Qosos), Syeikh Abdul Rouf, Syeikh Haji Abdul Muhyi.

Sekian lama mendidik santrinya di dalam goa, maka tibalah saatnya untuk menyebarkan agama Islam di perkampungan penduduk. Di dalam perjalanan, sampailah di salah satu perkampungan yang terletak di kaki gunung, bernama kampung Bojong. Selama bermukim di Bojong dianugerahi beberapa putra dari istrinya, Ayu Bakta. Diantara putra beliau adalah Dalem Bojong, Dalem Abdullah, Media Kusumah, Pakih Ibrahim.

Beberapa lama setelah menetap di Bojong, atas petunjuk dari Allah, Syeikh Abdul Muhyi beserta santri-santrinya pindah ke daerah “Safarwadi". Di sini beliau membangun Masjid dan rumah sebagai tempat tinggal sampai akhir hayatnya. Sedang para santri menyebar dengan tugasnya masing-masing yaitu menyebarkan agama Islam, seperti Sembah Khotib Muwahid yang makamnya di Panyalahan, Eyang Abdul Qohar bermukim di Pandawa sedang Sembah Dalem Sacaparana (Mertua Syeikh Abdul Muhyi) tetap di Bojong sampai akhir hayatnya yang kini makamnya terkenal dengan nama Bengkok.

Makam ini banyak diziarahi oleh kaum muslimin. Masih banyak lagi santrinya yang tersebar hingga pelosok- pelosok kampung di sekitar Jawa Barat untuk menyebarkan agama Islam.

kisah bacaan buat mancing

Dalam menyebarkan agama Islam Syeikh Abdul Muhyi mengunakan metode Tharekat Nabawiah yaitu dengan akhlak yang luhur disertai tauladan yang baik. Salah satu contoh metode dalam mengislamkan seseorang adalah sewaktu beliau melihat seseorang yang sedang memancing ikan. Namun orang itu kelihatan sedih karena tidak mendapat seekor ikanpun. Lalu dihampirinya dan disapa, "Bolehkah saya meminjam kailnya?" Orang itu memperbolehkannya. Syeikh Abdul Muhyi mulai memancing sambil berdo'a, "Bismillaah hirroh maa nir roohiim, Asyhadu Allaa ilaaha illallaah, Wa asy hadu anna Muhammaddur Rasulullah."

Setiap kail dilemparkan ke dalam air, ikan selalu menangkapnya. Tidak lama kemudian ikan yang didapat sangat banyak sekali sampai membuat orang tersebut keheranan dan bertanya, "Apa do’a yang dibaca untuk memancing? Beliau menjawab, "Basmalah dan Syahadat". Akhirnya orang tersebut tertarik dengan do’a itu dan masuk Islam.

Disamping ahli dalam llmu agama Syeikh Abdul Muhyi juga ahli dalam ilmu kedokteran, ilmu hisab, ilmu pertanian dan juga ahli seni baca AIQur’an. Maka pada saat itu banyak para wali yang datang ke Pamijaian untuk berdialog masalah agama seperti waliyullah dari
Banten Syeikh Maulana Mansyur, putra Sultan Abdul Patah Tirtayasa keturunan Sultan Hasanuddin bin Sultan G. Jatijuga Syeikh Ja’far Shodiq yang makamnya di Cibiuk, Limbangan- Garut.

Dilarang Merokok
Pada suatu hari Syeikh Abdul Muhyi dan Maulana Mansyur berada di Makkah dan hendak pulang ke Jawa. Mereka berdua berunding, barangsiapa yang sampai dulu di Jawa hendaklah menunggu di tempat yang telah disepakati.

Syeikh Maulana Mansyur berjalan diatas bumi dan Syeikh Abdul Muhyi berjalan di bawah bumi. Masing- masing menggunakan kesaktiannya.

Ketika Syeikh Abdul Muhyi berjalan di bawah laut tiba-tiba beliau kedinginan lalu berhenti. Sewaktu hendak menyalakan api untuk merokok tiba-tiba sekelilingnya menjadi gelap dikelilingi kabut dan kabut itu semakin tebal. Maka beliau teringat bahwa merokok itu perbuatan makruh dan dirinya merasa berdosa.

Akhirnya beliau segera bertaubat minta Ampunan dari Allah, seketika itu kabut hilang dan perjalananpun dilanjutkan. Dan mulai saat itu Syeikh Abdul Muhyi meninggalkan rokok, bahkan bisa dikatakan mengharamkan rokok untuk dirinya sedang untuk keluarga dan pengikutnya dilarang merokok bila berdekatan dengannya. Karena itu sampai saat ini di daerah Pamijahan dilarang merokok kecuali di tempat yang telah ditentukan.

Pada suatu hari beliau jatuh sakit. Ketika malaikat maut datang menjemput Syeikh Abdul Muhyi berpesan kepada istri dan putra- putrinya, "Wahai anak dan istri ku yang tersayang, hendaklah kamu sekalian bertaqwa kepada Allah, berbaktiiah kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkanmu, hormati dan mulyakanlah tamumu, bicaralah dengan benar, senangkanlah orang /ain, sekalipun kamu tidak dapat menyenangkan orang janganlah berbuat yang menyusahkannya, kasihanilah orang kecil, hormatilah orang yang besar dan hargailah sesamamu. Hiduplah di dunia ini seakan mau melintasi jurang yang penuh dengan duri."

Pada hari senin tanggai 8 Jumadil Awai tahun 1151 H/ 1730 M ba'dal sholat shubuh, belau pergi untuk selamanya menghadap Allah swt. dalam usia 80 tahun. Jenazah ulama besar ini dimakamkam di Pamijahan. Hingga saat ini banyak orang berduyun-duyun berziarah ke makamnya sambil membacakan do'a sebagai wujud kecintaan terhadap Syeikh Abdul Muhyi, seorang waliyullah yang telah berjuang menyebarkan agama Islam di tanah air dan Jawa Barat pada khususnya.


Sumber: Al Mihrab edisi 8 th. 1-2004 M/1425 H

Jumat, 15 Maret 2013

Jenis-jenis shalat sunah

Shalat Sunnah
Shalat sunah merupakan shalat dan amalan tambahan di luar kawajiban shalat lima waktu. Jadi, pengertian shalat sunah yaitu melakukan suatu kebaikan yang bukan merupakan kewajiban, dilakukan dangan ikhlas dan kerelaan hati, yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan tidak dikerjakan tidak apa-apa, tidak mendapatkan pahala, tidak juga berdosa.
Shalat sunah, ada yang dikerjakan secara sendirian ada juga yang dikerjakan secara berjamaah.
  1. Jenis-jenis shalat sunah yang dikerjakan secara sendiri-sesndiri (munfarid).
1)      Shalat rawatib, yaitu shalat sunah yang dikerjakan mengiringi shalat lima waktu, biasa dilakukan sebelum (qobliyah) dan sesudah (ba’diyah) shalat fardhu sebanyak dua atau empat rakaat.
2)      Shalat dhuha,yaitu shalat sunah yang dilakukan kira-kira sepertiga jam setelah terbit matahari sampai menjelang waktu dzuhur. Seorang muslim disunahkan mengerjakan shalat dhuha ini lebih dari dua rakaat. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan  oleh ‘Aisyah yang menyebutkan, “Rasulullah mengerjakan shalat dhuha sebanyak empat rakaat dan kemudian menambahnya sesuai keinginan.” (HR. Muslim)
3)      Shalat tahajjud, yaitu shalat sunah yang dilakukan pada tengah malam hari sebanyak dua rakaat atau lebih (tanpa batasan), bertujuan untuk lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah, dan juga untuk menambahkan ketaqwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
4)      Shalat istikharah, yaitu shalat sunah yang dilakukan saat seseorang mempunyai persoalan atau kesulitan untukmemohon petunjuk dari Allah SWT, dilakukan sebamyak dua rakaat/lebih.
5)      Shalat Tasbih, yaitu shalat sunah empat rakaat di dalamnya membaca tasbih sebanyak 75 kali setiap rakaatnya.
6)      Shalat Hajat, yaitu shalat sunah yang dikerjakan pada siang atau malam hari sebanyak dua rakaat, bertujuan agar semua keinginan dan harapan kita dikabulkan serta dimudahkan oleh Allah SWT.
7)      Shalat Taubat, yaitu shalat sunah yang dikerjakan dua rakaat/lebih untuk memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
8)      Shalat Wudhu, yaitu shalat sunah yang dilakukan stelah mengambil air wudhu, bisa dilaksanakan dua atau empat rakaat.
9)      Shalat Tahiyyatul Masjid, yaitu shalat sunah yang disunahkan bila seseorang memasuki mesjid dan dilakukan dua rakaat sebelum duduk, sebagai adab bila memasuki mesjid.
10)  Shalat Muthlaq, yaitu shalat sunah yang tidak ditentukan waktu dan jumlah rakaat shalatnya, namun dilarang dilakukan sesudah shalat subuh sampai terbit matahari, sesudah shalat sahar sampai terbenam matahari dan saat siang hari (kecuali hari jum’at).
11)  Shalat Safar, yaitu shalat sunah yang dilakukan dua rakaat sebelum dan sesudah bepergian.
  1. Jenis-jenis shalat sunah yang dikerjakan secara berjamaah.
1)       Shalat Tarawih, yaitu shalat sunah yang dilakukan pada malam bulan ramadhan, jumlah rakaatnya mulai dari delapan rakaat hingga dua puluh rakaat ditambah witir tiga rakaat.
2)      Shalat Witir, yaitu shalat sunah yang bilangan rakaatnya ganjil, minimal tiga rakaat dan maksimal sebelas rakaat, biasanya dilaksanakan setelah shalat isya, tahajud atau tarawih.
3)      Shalat Hari Raya, yaitu shalat sunah yang dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha sebanyak dua rakaat.
4)      Shalat Istisqa, yaitu shalat sunah yang dilaksanakan sebanyak dua rakaat, bertujuan untuk memohon hujan pada saat kemarang panjang.
5)      Shalat Gerhana, yaitu shalat sunah yang dilakukan saat terjadi gerhana, baik gerhana matahari, maupun gerhana bulan sebanyak dua rakaat, bisa dilakukan sendiri namun sebaiknya berjamaah.

Sabtu, 02 Maret 2013

Pertolongan Pertama yang Sering Salah


t


Sebagai mahluk sosial, setiap manusia
 ingin menolong orang lain,
entah itu sakit atau kecelakaan. Tapi terkadang bukannya menolong, 
justru kita menambah parah keadaaan. Contoh di bawah ini bisa berakibat fatal:
· Mengeroki orang yang terkena ‘angin duduk’/serangan jantung. 
Orang sering salah kira, dikiranya masuk angin, lalu dikeroki. Padahal dia lagi 
kena serangan jantung, lalu dikeroki. Memang tandanya mirip sekali seperti orang
masuk angin, mual, sebah diperut, rasa tidak enak, padahal itu jantung bagian
 bawah yang kurang oksigen, bahasa kedokterannya infark inferior/ IHD-
 Ischemic Heart Disease/SKA- Sidrom Koroner Akut, yang penjalaran rasa
sakitnya ke
ulu hati. Waktu sangat berharga, jangan dikeroki, bawalah ke Rumah Sakit.
· Mengangkat korban jatuh cedera kepal diangkat biasa. Apabila ada
korban jatuh dengan kecurigaan cedera tulang batang leher maka 
tindakan mengangkat korban dengantangan kosong oleh 1 orang atau 2 orang, 
justru akan membuat cederanya bertambah parah. Dan bahkan yang tadinya 
cuma retak bisa membuat patah, dan bisa fatal. Harusnya, ambilah papan yang 
rata untuk mengangkatnya. Letakkan papan tersebeut di sebelah pasien, 
pindahkan pelan-pelan sebisanya,dimiringkan, papan disisipkan di bawah badan. 
Sebisa mungkin memperkecil gerakan.
· Mengambil pisau yang menancap di tubuh korban. Seandainya ada
 korban penusukan, atau kecelakaan kerja yang menyebabkan pisau menancap 
di tubuh korban (apalagi kalau tertancap di bagian dada atau perut) biarkanlah
 pisau itu, jangan dicabutAdanya pisau di situ akan berfungsi sebagai tampon 
yang menyumbat luka sehingga perdarahan akan lebih minimal dibandingkan
bila pisau diambil. Segera bawa ke RS yang terlengakap yang terdekat.
Sebelum berangkat, telponlah dulu RS yang kita tuju agar pihak RS telah siap
begitu kita sampai di sana. Kapan pisau atau belati diambil? Pisau atau belati
 boleh diambil dikamar operasi ketika dokter dan perawat sudah siap dengan
 segala peralatannya.
· Memasukkan usus yang terburai. Apabila ada korban penusukan atau
korban kecelakaan dan usus korban terburai, biarkanlah dan jangan
memasukkan usus itu. Memasukkan kembali usus yang terburai lebih 
berbahaya. Infeksi mengancam.
Akan lebih menyelamatkan bila usus dibiarkan diluar, tetapi basahi dengan
cairan steril agar tidak mengering, sambil membawa ke RS terlengkap
terdekat.Bila usus mengering sel-selnya bisa mati, dan membusuk. Keadaa 
akan dipersulit bila selain usus keluar juga perdarahan hebat. Prinsip pertolongan
nya adalah menekan perdarahan dan membasahi usus itu agar tidak kering. Harus 
dengan kain yang paling steril yang ada ditempat. Anggaplah baju yang 
habis diseterika itu yang paling steril, maka boleh menekan dengan baju atau 
kain itu dan basahi dengan air mineral.
· Anak terkena tetanus dibawa ke dukun atau di jebolkan rumah. 
Dulu,tahun 80-90 ketika saya kecil, saya sering menjumpai anak tetangga yang
 kejang-kejang, mulut mencucu, tidak lama kemudian meninggal. Apabila
diperhatikan ternyata mereka menderita tetanus. Tetapi orang tua tidak tahu 
dan menganggap itu kena gangguan setan yang disebut sawan celeng. Maka 
untuk mengusir setan itu orang  tua akan menjebol rumah yang kala itu 
kebanyakan dari bambu sehngga bisa dijebol. Tentu saja tindakan ini 
sama sekali tidak  menolong si anak, sehingga anak yang seharusnya 
diisolasi di RS, 
tak boleh menerima rangsangan suara,cahaya dan gerakan, malah dibawa 
berjalan-jalan mengelilingi rumah. Akhirnya anak cepat mati.
Yang ini tidak berakibat fatal tapi juga tidak menolong malah memperparah
· Jatuhdikompres hangat. Ketika seseorang terbentur, jatuh, kesleo dan
lain lain yang berwujud benturan, seringkali kita memberik balsam panas,
 atau kompres panas. Tindakan ini akan memperparah. Seharusnya yang kita
kompreskan adalah es.Kenapa es? Karena pada saat anak terjatuh, terbentur,
 ada pembuluh darah kapiler yang pecah, darah akan keluar dari pembuluh
 tersebut dan ada cairan lain yang keluar karena proses tersebut. Dengan
kompres es, pembuluh darah akan mengkerut, menutup sehingga akan
 menghentikan darah yang keluar dari kapiler yang pecah tadi. Apabila ini
 dilakukan sedini mungkin setelah terbentur, maka akan mengurangi rasa sakit
dan tidak akan timbul warna biru dibawah kulit yang diakibatkan oleh
pendarahan seperti tersebut di atas. Kompres es ini harus dilakukan selama
24 jam pertama. Setelah itu baru dikompres panas/hangat. Dengan adanya
kompres hangat, diharapkan darah yang terlanjur keluar akan cepat mengalami
 pecah dan mudah diserap.
· Kompres es ketika anak sakit panas. Meskipun badan anak panas,
sesungguhnya yang dirasakan anak justru kedinginan. Oleh karena itu anak
yang panas tidak boleh dikompres dengan air es. Tapi kompreslah dengan air
hangat. Bila diberi kompres es atau air es, anak akan kaget, tambah merasa
dingin dan bisa memunculkan kejang.

ILMU MAHABBAH SERIBU



amalan ILMU MAHABBAH SERIBU untuk pengasihan umum. Pengasihan umum artinya pengasihan yang tidak dimaksudkan sebagai penggaet sukma satu target tertentu melainkan untuk membuka wibawa pesona dan ketertarikan orang-orang banyak kepada kita. Orang banyak akan menyayangi, menghargai, menghormati dan mengikuti saran masukan dan ide-ide Anda. Setiap kata yang anda sampaikan akan diikuti para pendengar tanpa banyak protes. Cocok dimiliki untuk para artis, ahli hukum, pembicara, juru kampanye, ahli pidato, ulama/mubalighdll.
Berikut amalannya:
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
WA ARSALNAHU ILA MI’ATI ALFIN AU YAZIDUN
313 x selama 3 atau 7 hari. Diwirid usai sholat subuh. Silahkan dicari jumlah hari yang menurut anda paling mantap. Tidak perlu puasa. Boleh dimulai hari apapun.
Khodam amalan ini adalah Malaikat penjaga surah QS As Saffat yang akan membantu Anda membuka aura pengasihan sehingga dicintai dan dihormati banyak orang hingga ribuan orang atas ijin Allah Ta’ala.

AMALAN BUAT YANG HOBI MANCING MANIA


Syarat membuat ramuan:
Siapkan gula halus 1 bungkus ,setelah itu buka penutupnya,kerjakan sholat hajat 2 r
oka’at
baca amalan sbb:
1) Basmalah 11x (Tahan napas)
2) Rahasia
3) Rahasia

contack 087876249142
Setelah itu tiup kegula tersebut,jika mau memancing gula itu taburkan bersama umpan,baik itu udang,cacing atau dedak dll setiap pemakaian gak usah banyak banyak cukup ½ sendok aja,jika gula itu habis ya buat lagi dengan amalannya,jika masih ada jika mau nambah powernya silahkan di baca tiap hari,jika mau memancing baca amalan masing masing .. 7x
dan di lanjut sebanyak banyaknya cukup dibaca di dalam hati sampai dapat ikan
Nah selamat mencoba
Salam memancing, Senengnya yen lagi mancing , ning aja seneng mancing-mancing lan aja gampang kepancing enggih….mongggo dereaken sedulur semuanya yg ada niat utk memancing.

Rajah buat mancing


kalau mau rajah ini silahkan izin pakai dengan pemilik blog. dan syarat tertentu untuk menggunakannya. wassalam 

Rabu, 28 November 2012

Apa sih Mancing Galatama?


Mancing pada empang sistim galatama adalah mereka yang benar-benar hendak mengasah ketrampilannya memancing, karena hasil ikan tidak dibawa pulang seperti pada sistim mancing yang telah disebut di atas tadi. Ikan yang ditebar di empang ini sangat banyak jumlahnya, penyelenggaraannya bisa setiap hari dan bersifat lomba karena ada hadiahnya. Untuk hadiah biasanya berupa uang, banyaknya tergantung dari jumlah peserta setelah uang yang terkumpul dikurangi oleh bagian yang menjadi hak panitia. Kriteria pemenang sesuai kesepakatan bersama, biasanya seperti juara ikan terberat, juara ikan merah, juara total berat perolehan ikan dan juara total perolehan jumlah satuan ikan. Dalam setiap harinya lomba terbagi dalam beberapa babak atau ronde, yang lamanya antara 2~2,5 jam perbabak. Dalam tiap babak didapatkan hasil penentuan juara. Ikan yang diperoleh dilepaskan kembali saat itu juga setelah dilakukan penimbangan. Beberapa peraturan galatama agak berbeda dengan lomba seperti peserta tidak diperbolehkan menggunakan rangkaian berpelampung, menggunakan umpan hidup seperti cacing dan kroto dan beberapa aturan lainnya yang berbeda pada setiap empang yang menyelenggarakan mancing galatama. Pada beberapa daerah menyebutnya sebagai gaplean yang sistimnya hampir mirip dengan galatama.